Jumat, 21 November 2025

Murianews, Jakarta – Indonesia kini menghadapi peningkatan signifikan dalam impor plastik, terutama dari China. Bahkan plastic impor itu mendominasi pasar dengan kontribusi sebesar 51,9 persen dari total impor plastik.

Informasi ini disampaikan oleh Asisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, Eko Harjanto, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ”Membedah Tingkat Daya Saing Industri Plastik Hilir Indonesia di Tengah Maraknya Impor Produk Jadi Plastik,” yang berlangsung di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta, pada Kamis (15/8/2024) dikutip dari CNN Indonesia.

Selain China, negara-negara lain yang menjadi sumber utama impor plastik Indonesia antara lain Jepang dengan 8,16 persen, Malaysia 6,4 persen, Thailand 5,3 persen, Korea Selatan 4,31 persen, dan Singapura 4,21 persen.

Eko Harjanto mengungkapkan, defisit neraca perdagangan plastik Indonesia terus membesar. Pada tahun 2023, defisit tersebut mencapai angka US$ 1,7 miliar.

”Ekspor plastik pada 2023 hanya mencapai US$ 1,49 miliar, sedangkan impor plastik mencapai US$ 3,27 miliar,” jelas Eko.

Memasuki tahun 2024, situasi ini tampaknya belum menunjukkan perbaikan. Hingga bulan April, nilai impor plastik telah mencapai US$ 233,15 miliar, sementara ekspor stagnan di angka US$ 103,47 juta. Peningkatan impor ini disebabkan oleh ketidakmampuan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan plastik yang terus bertambah.

Eko juga merinci kebutuhan plastik di berbagai sektor. Untuk keperluan rumah tangga, produksi plastik dalam negeri mencapai 963 ribu ton dengan kebutuhan 605 ribu ton, sementara impor mencapai 165.333 ton. Di sektor bahan bangunan, produksi plastik mencapai 67.996 ton dengan kebutuhan 79.363 ton, sedangkan impor mencapai 17.225 ton.

Sektor kemasan juga menunjukkan ketimpangan serupa, di mana produksi plastik dalam negeri sebesar 112.532 ton tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 116.946 ton, dengan impor yang mencapai 7.330 ton. Sementara itu, plastik lainnya mencatat produksi 67.996 ton dengan kebutuhan 79.763 ton, dan impor mencapai 17.225 ton.

”Dari semua sektor, baik untuk keperluan rumah tangga, bahan bangunan, kemasan, maupun plastik lainnya, total impor plastik Indonesia masih lebih besar dibandingkan dengan ekspor,” tegas Eko.

Eko juga menyoroti jika Indonesia belum dapat sepenuhnya mengandalkan bahan baku plastik dari produsen dalam negeri, mengingat kemampuan produksi yang belum mencukupi.

Saat ini, bahan baku plastik seperti PE, PP, PS, PVC, dan PET dari produsen lokal baru mampu memenuhi 50-60 persen dari total kebutuhan nasional. Impor bahan baku plastik didominasi oleh polyolefin, dengan impor polietilena (PE) sebesar 605 ribu ton dan polipropilena (PP) sebesar 599 ribu ton.

Komentar

Terpopuler