Produksi Migas Pertamina Naik, Dalam Satu Dekade Terakhir
Budi Santoso
Selasa, 28 Mei 2024 17:03:00
Murianews, Jakarta – Produksi Migas Pertamina dilaporkan naik sekitar 7 persen dalam satu dekade terakhir. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.
Nicke menegaskan bahwa peningkatan produksi Migas yang dialami oleh Pertamina terjadi meskipun produksi migas secara nasional mengalami penurunan sekitar 2 persen. Hasil produksi tersebut disebutnya diperoleh dari blok-blok yang dikelola oleh Pertamina.
“Produksi migas Pertamina itu ada kenaikan sekitar 6–7 persen,” ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII di Senayan Jakarta, Selasa (28/5/2024) seperti dilansir Antara.
Blok-blok yang menghasilkan produksi Migas tersebut adalah Rokan, Masela, East Natuna, Bunga, Peri Mahakam, Tambahan P1 West Qurna dan extension MLN Algeria. Produksi minyak itu disebutkan sebesar 69 persen dari kontribusinya (untuk nasional).
Dalam rapat dengar pendapat di DPR RI tersebut juga hadir Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Chalid Said Salim. Dalam kesempatan itu, Chalid menjelaskan bahwa peningkatan produksi Pertamina telah terlihat dalam periode 2014–2023.
Melalui paparannya, ia menampilkan data pertumbuhan produksi migas Pertamina, dari yang semula 549 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) pada 2014, menjadi 1,044 juta BOEPD pada 2023. Apabila ditelisik, terjadi peningkatan produksi migas dengan rata-rata 7 persen per tahunnya.
Melihat potensi produksi yang dimiliki oleh Pertamina, Chalid mengatakan bahwa pada 2024, Pertamina menargetkan lifting migas sebesar 742 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD). Jumlah itu naik sebesar 18 ribu BOEPD pada 2025, yakni sebesar 760 ribu BOEPD.
Guna mewujudkan target tersebut, Chalid memaparkan tiga strategi yang akan ditempuh oleh Pertamina. Pertama adalah menjaga integritas dan keandalan fasilitas produksi dan sumuran. Kemudian disertai optimisasi produksi dan meningkatkan kegiatan pengeboran, kerja ulang, dan well-intervention; serta percepatan resources to reserves.
Meski demikian, ada sejumlah tantangan yang juga harus dihadapi Pertamina. Diantaranya adalah masalah pembebasan lahan, perizinan lingkungan, serta peningkatan kapasitas nasional.
Murianews, Jakarta – Produksi Migas Pertamina dilaporkan naik sekitar 7 persen dalam satu dekade terakhir. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.
Nicke menegaskan bahwa peningkatan produksi Migas yang dialami oleh Pertamina terjadi meskipun produksi migas secara nasional mengalami penurunan sekitar 2 persen. Hasil produksi tersebut disebutnya diperoleh dari blok-blok yang dikelola oleh Pertamina.
“Produksi migas Pertamina itu ada kenaikan sekitar 6–7 persen,” ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII di Senayan Jakarta, Selasa (28/5/2024) seperti dilansir Antara.
Blok-blok yang menghasilkan produksi Migas tersebut adalah Rokan, Masela, East Natuna, Bunga, Peri Mahakam, Tambahan P1 West Qurna dan extension MLN Algeria. Produksi minyak itu disebutkan sebesar 69 persen dari kontribusinya (untuk nasional).
Dalam rapat dengar pendapat di DPR RI tersebut juga hadir Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Chalid Said Salim. Dalam kesempatan itu, Chalid menjelaskan bahwa peningkatan produksi Pertamina telah terlihat dalam periode 2014–2023.
Melalui paparannya, ia menampilkan data pertumbuhan produksi migas Pertamina, dari yang semula 549 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) pada 2014, menjadi 1,044 juta BOEPD pada 2023. Apabila ditelisik, terjadi peningkatan produksi migas dengan rata-rata 7 persen per tahunnya.
Melihat potensi produksi yang dimiliki oleh Pertamina, Chalid mengatakan bahwa pada 2024, Pertamina menargetkan lifting migas sebesar 742 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD). Jumlah itu naik sebesar 18 ribu BOEPD pada 2025, yakni sebesar 760 ribu BOEPD.
Guna mewujudkan target tersebut, Chalid memaparkan tiga strategi yang akan ditempuh oleh Pertamina. Pertama adalah menjaga integritas dan keandalan fasilitas produksi dan sumuran. Kemudian disertai optimisasi produksi dan meningkatkan kegiatan pengeboran, kerja ulang, dan well-intervention; serta percepatan resources to reserves.
Meski demikian, ada sejumlah tantangan yang juga harus dihadapi Pertamina. Diantaranya adalah masalah pembebasan lahan, perizinan lingkungan, serta peningkatan kapasitas nasional.