Kamis, 20 November 2025

Murianews, Bali – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali ke Tanah Air dengan kabar tidak menggembirakan setelah menghadiri pertemuan iklim tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-28 atau COP28 di Dubai.

Sri Mulyani menyampaikan keprihatinannya terhadap meningkatnya fragmentasi geopolitik yang berdampak signifikan pada perekonomian global.

Usai pertemuan bilateral dengan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Belanda Sigrid Kaag, Sri Mulyani mengungkapkan jika semakin banyak negara yang cenderung memprioritaskan kebutuhan domestiknya sendiri, memandang negara lain sebagai musuh, bukan mitra.

”Dia mengatakan sekarang banyak sekali partai di Eropa yang semakin inward looking (memprioritaskan kebutuhan domestik). Kasus di mana mereka melihat negara lain sebagai musuh dan bukan teman,” ungkap Sri Mulyani dalam Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) ke-12 di Grand Hyatt Bali, Rabu (6/12/2023).

Menyoroti perang dagang dan investasi yang merajalela, Menteri Keuangan Indonesia menyampaikan keprihatinannya terkait dampaknya pada rantai pasok global dan prinsip perdagangan bebas.

”Jadi ini menciptakan situasi yang terfragmentasi. Tidak lagi mengglobal, tidak lagi mengakomodasi aspirasi bahwa kita berbagi satu planet, satu dunia, dan satu kemanusiaan,” tambahnya.

Sri Mulyani menegaskan, fragmentasi global ini, yang menciptakan peningkatan nasionalisme dan populisme, akan memberikan tekanan besar pada instrumen fiskal. Sentimen nasionalisme dan populisme dapat mempengaruhi kebijakan fiskal suatu negara, dengan banyak negara cenderung mengandalkan utang tinggi untuk memenuhi kebutuhan fiskalnya.

”Fragmentasi ini pasti akan menciptakan tantangan kerja sama antar negara. Indonesia terus memainkan peran konstruktif meskipun lanskap global sangat sulit dan menantang serta terus berubah,” tegas Sri Mulyani.

Komentar

Terpopuler