Murianews, Jakarta – Kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penurunan pada perdagangan Senin (12/8/2024), terpengaruh oleh sinyal kuat pemotongan suku bunga Amerika Serikat (AS).
Pada awal perdagangan, rupiah turun 25 poin atau 0,16 persen menjadi Rp 15.950 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 15.925 per dolar AS.
Analis Finex, Brahmantya Himawan, menjelaskan bahwa pasar bereaksi terhadap pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang memberikan isyarat kuat tentang kemungkinan pemangkasan suku bunga.
”Powell mengatakan bahwa jika inflasi bergerak turun sesuai dengan ekspektasi, ini membuka peluang untuk penurunan suku bunga,” ujar Brahmantya dikutip dari Antara.
Namun, pasar juga diguncang oleh laporan pasar tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat pekan lalu. Data Non-Farm Payroll (NFP) yang menunjukkan perlambatan ekonomi AS memunculkan kekhawatiran di kalangan investor mengenai potensi resesi di negara tersebut.
Pasar telah memperkirakan penurunan suku bunga pada September 2024 selama beberapa waktu, dengan Powell menyatakan bahwa kebijakan suku bunga tidak akan dipotong sebesar 50 basis poin (bps) saat ini.
”Hal ini memberi kabar baik bagi rupiah, yang bisa mendapatkan dorongan penguatan atas dominasi dolar AS,” tambah Brahmantya.
Dia juga menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga AS pada pertemuan Fed di bulan September akan memiliki dua kemungkinan dampak, yakni soft landing atau hard landing. Namun, skenario pemotongan suku bunga pada September diperkirakan akan membantu rupiah menguat melawan dolar AS.
Brahmantya memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, rupiah berpotensi menguat hingga Rp 15.850 per dolar AS. Sementara itu, kisaran perdagangan rupiah diperkirakan berada di antara Rp 15.950 hingga Rp 15.850 per dolar AS.



