Rabu, 19 November 2025

Murianews, KudusIndustri Rumahan di Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mampu memproduksi berbagai macam tas fashion. CV ICONS Indonesia, demikian namanya, sebulan mampu memproduksi 4.000 tas.

Meski demikian, jumlah tersebut bisa naik turun tergantung dari tingkat kesulitan pembuatannya. Minimal angka produksi dalam satu bulan bisa mencapai 2.000 tas.

Menurut sang pemilik usaha, Yusuf Efendi, meski berskala industri rumahan, namun usahanya telah menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan besar. Pada akhir bulan ini, ia bekerja sama dengan investor asing melalui perusahaan di Jepara.

”Perusahaan tersebut menawari kerja sama. Pihak kami ditunjuk sebagai pembuat, sedangkan bahan dan penjualan mereka yang memfasilitasi,” katanya kepada Murianews.com, Senin (1/7/2024).

Sebelumnya ia pernah bekerja sama dengan pemilik brand terkenal. Seperti Sophie Martin, Sophie Paris, Rumah Warna, dan beberapa brand lokal.

Harga setiap satu tasnya paling murah Rp 20 ribu, dan paling mahal mencapai Rp 200 ribu. Namun, harga ini merupakan harga grosir untuk pembelian minimal 500 tas.

Fendi sapaan akrabnya menyatakan omzet per bulan dari industri rumahan miliknya diperkirakan paling minim mencapai Rp 80 juta. Hal tersebut dipengaruhi oleh pemasaran tas produksinya yang sudah meluas pada beberapa wilayah di Indonesia.

”Kalau ekspor ada tapi melalui perusahaan yang bekerja sama,” terangnya.

Selain dipercaya memproduksi brand ternama, ia juga memiliki brand tas pribadi. Nama brandnya RS, kapasitas produksinya hanya 5 persen dari keseluruhan produksi dari usahanya.

Saat ini, industri rumahan yang baru mendapat legalitas CV tahun 2019 itu memiliki 30 pekerja. Kedepannya Fendi menargetkan penambahan karyawan sebanyak 200 orang.

Hingga hari ini, pihaknya masih menerima apabila ada investor atau perusahaan yang ingin bekerja sama. Phaknya berani memberikan jaminan pada setiap produknya.

”Jaminan pekerjaan cepat, kualitas bagus, harganya kompetitif,” ungkapnya.

Bahan pembuatan tasnya merupakan perpaduan impor dan lokalan. Bahan Impornya mencapai 80 persen, sedangkan bahan lokalnya 20 persen.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Terpopuler