Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Jeruk pamelo sudah menjadi ikon buah khas Pati, Jawa Tengah. Prospek bisnis jeruk pamelo seperti rasanya, yang manis dan segar. Usaha jeruk pamelo pun dinilai sangat menjanjikan lantaran diburu seantero nusantara.

Hal ini tercermin dengan permintaan jeruk pamelo yang tinggi. Pengusaha Jeruk Pamelo, Nurul Huda mengatakan ini dikarenakan komoditas satu ini merupakan buah yang cukup populer karena rasa manis dan kaya nutrisi.

”Tapi, sebagian besar orang di Pati belum tahu rasa dan manfaat jeruk pamelo. Padahal kalau tahu pasti suka sehingga proyeksi ke depan pangsa pasar semakin besar,” ujarnya.

Nurul mengaku sudah terjun berjualan jeruk pamelo secara grosir sejak tahun 2015. Buah tersebut ia dapatkan dari petani lokal, yang kemudian ia kumpulkan untuk dijual-belikan ke berbagai daerah.

Sejauh ini, konsumen datang dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Magelang, bahkan Sumatera.

Rata-rata dalam sekali pengiriman paling sedikit 500 kilogram, bahkan ketika musim panen tiba ia mampu menyuplai 2 - 3 ton buah jeruk pamelo.

”Atau biasanya saya menyewa pohon selama 1-2 tahun dari kebun petani untuk saya tebas. Setelah itu buahnya saya beli, kemudian hasilnya saya jual ke kota-kota besar,” imbuh pria berusia 33 tahun itu.

Nurul Huda mengaku, sepekan mampu memperoleh 5 ton buah jeruk pamelo. Sebanyak 25 petani jeruk pamelo dari Desa Bageng, Pohgading, Plukaran dan desa-desa lainnya mempercayakan dirinya sebagai mitra kerjasama.

”Para petani biasa menyetorkan jeruk pamelo yang sudah dipetik ke gudang. Panen raya itu bulan Desember-Mei,” ungkapnya.

Maret menjadi puncak musim panen buah tersebut, sedangkan Mei buah sudah mengalami penurunan stok lantaran sudah memasuki musim kemarau.

”Pas banyak bisa dapat 5 ton per minggu, tetapi karena bulan ini barangnya lagi susah didapat, kurang lebih per minggu hanya 1 sampai 2 ton saja,” tuturnya.

Setiap buah memiliki grade tersendiri, grade A disebut premium dengan kulit yang mulus. Kemudian grade B Kondisi kulit tampang berlubang, dan grade C berukuran kecil.

Dalam satu tahun, Nurul mampu meraup omzet sekitar Rp 70 juta dengan profit 10 persen.

Harga sangat fluktuatif, pada bulan Oktober ini harga jeruk pamelo dari petani senilai Rp 17.000 per kilogram. Sedangkan, harga jual grosir Rp 20.000 per kilogram.

Ia juga tengah menyewa 200 pohon jeruk pamelo. Dengan rata-rata harga Rp 500 ribu sampai dengan Rp 1 juta per pohonnya.

”Harga tiap bulan naik turun tergantung hasil, bulan ini Rp 17 ribu per kilogram dari petani, sedangkan grosiran Rp 20 ribu,” ungkapnya.

Nurul mengaku, aktif menjembatani petani jeruk pamelo yang kesulitan mencari pengepul, oleh karenanya ia menerima barang dari petani setempat.

Tidak hanya berjualan buahnya saja, melalui bisnis yang ia namai Bandar Pamelo, ia turut menjual bibit jeruk pamelo asli dari Desa Bageng dalam bentuk cangkok.

Dari usaha tersebut, Nurul berharap mampu membawa usahanya berkembang pesat, sekaligus mensejahterakan petani.

”Pengennya sih bisa membina petani di sekitarnya. Petani di desa terbina untuk diarahkan menanam jeruk pamelo yang berkualitas,” pungkasnya.

 

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Terpopuler