”Lingkungan menjadi bersih dan ternyata sampah menjadi bernilai,” ujarnya.
Ia menjelaskan, alasan memilih BSMB lantaran adanya komitmen untuk menanggulangi sampah. Di samping itu lokasi perumahan yang saat itu belum terdapat bank sampah menjadi pertimbangannya.
”Pertimbangan kami saat itu kawasan perumahan belum memiliki pembuangan sampah yang permanen,” imbuhnya.
Terpisah, Dosen Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kudus Nor Hadi menyampaikan, program sampah menjadi emas merupakan hal yang bagus dari segi ekonomi. Ia menilai, masyarakat bisa investasi emas dari sampah yang kerap disebut tidak bernilai.
”Saya melihatnya program ini bagus. Ini merupakan cara yang baik dari Pegadaian untuk menyosialisasikan sadar kebersihan. Selain itu sekaligus untuk mengedukasi masyarakat terkait sampah yang ternyata memiliki nilai ekonomi,” ucapnya.
Dirinya menilai, program semacam ini perlu dilakukan secara masif. Sehingga banyak memberikan manfaat untuk lingkungan dan masyarakat.
Murianews, Kudus – Pegadaian Cabang Kudus, Jawa Tengah bersama Bank Sampah Muria Berseri (BSMB) berkolaborasi untuk menyulap sampah menjadi emas. Kolaborasi itu memberikan banyak manfaat perihal penanggulangan sampah.
Ketua BSMB Diana Kristiowati menjelaskan, konsep tabungan sampah menjadi emas itu dilakukan dengan teknis mengumpulkan sampah untuk kemudian ditabung menjadi emas. Sampah yang ditabung dari para nasabah untuk diserahkan ke BSMB beragam. Mulai dari botol plastik, kardus, aluminium, besi, kaca, dan lainnya.
”Dari sampah itulah kami bagikan hasil tabungan uangnya dulu dari para nasabah setiap enam bulan sekali. Kemudian kami tawarkan ke para nasabah uangnya mau dibawa pulang atau ditabung menjadi emas,” katanya, Jumat (11/10/2024).
Ia menyampaikan, menabung emas melalui bank sampah tergolong menguntungkan. Sebab, ketika nasabah hendak membuka tabungan sampah melalui keanggotaan bank sampah tidak dikenakan biaya administrasi awal Rp 10 ribu. Tidak hanya itu, bahkan nasabah yang membuka tabungan emas melalui bank sampah juga tidak dikenai biaya pemeliharaan Rp 30 ribu setahun.
”Sekarang kami memiliki 300 nasabah dengan sekitar 200-an nasabah di antaranya masih aktif,” terang Diana Kristiowati yang juga Ketua Korwil Bank Sampah Binaan Pegadaian Jawa Tengah-DIY itu.
Nasabah yang tergabung di BSMB itu berasal dari berbagai desa di Kabupaten Kudus. Di antaranya dari Desa Gondangmanis, Demaan, Panjang, dan Dersalam.
Guna melayani para nasabah yang hendak menabung sampah, ia membuka BSMB sebanyak empat kali dalam sebulan. Biasanya pada hari Minggu dan Rabu di setiap bulannya, mulai pukul 09.00-11.00 WIB.
Pimpinan Pegadaian Cabang Kudus Naning Susanti menyampaikan, program tabungan sampah menjadi emas bertujuan agar masyarakat bisa investasi emas. Di sisi lain, lingkungan juga menjadi bersih.
”Lingkungan menjadi bersih dan ternyata sampah menjadi bernilai,” ujarnya.
Ia menjelaskan, alasan memilih BSMB lantaran adanya komitmen untuk menanggulangi sampah. Di samping itu lokasi perumahan yang saat itu belum terdapat bank sampah menjadi pertimbangannya.
”Pertimbangan kami saat itu kawasan perumahan belum memiliki pembuangan sampah yang permanen,” imbuhnya.
Terpisah, Dosen Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kudus Nor Hadi menyampaikan, program sampah menjadi emas merupakan hal yang bagus dari segi ekonomi. Ia menilai, masyarakat bisa investasi emas dari sampah yang kerap disebut tidak bernilai.
”Saya melihatnya program ini bagus. Ini merupakan cara yang baik dari Pegadaian untuk menyosialisasikan sadar kebersihan. Selain itu sekaligus untuk mengedukasi masyarakat terkait sampah yang ternyata memiliki nilai ekonomi,” ucapnya.
Dirinya menilai, program semacam ini perlu dilakukan secara masif. Sehingga banyak memberikan manfaat untuk lingkungan dan masyarakat.
”Menabung sampah perlu dilakukan karena bisa mengubah barang yang tidak berharga menjadi bernilai,” imbuhnya.
Editor: Dani Agus