Ternyata Ini Penyebab Harga Beras Tinggi
Cholis Anwar
Jumat, 20 September 2024 10:21:00
Murianews, Jakarta – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan penyebab tingginya harga beras di Indonesia. Salah satunya adalah dipengaruhi biaya produksi yang juga besar.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, Rachmi Widiriani menjelaskan, petani berhak mendapatkan keuntungan dari hasil pertanian mereka, mengingat biaya yang dikeluarkan untuk menanam beras tidak sedikit.
”Memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi, tetapi biaya produksinya juga sudah tinggi. Jika kita perhatikan faktor biaya produksi, petani berhak mendapatkan keuntungan,” ujar Rachmi dikutip dari Antara, Jumat (20/9/2024).
Ia menyatakan, saat ini petani sedang menikmati keuntungan karena harga gabah yang dibeli berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Nilai Tukar Petani (NTP) untuk tanaman pangan juga menunjukkan angka yang positif, yang berpotensi membuat beras lebih terjangkau bagi konsumen di masa mendatang.
Rachmi menjelaskan, peningkatan produktivitas beras dapat dicapai dengan menggunakan benih yang baik, yang pada gilirannya meningkatkan hasil dari setiap lahan.
”Jika produktivitas meningkat, petani akan mendapatkan hasil penjualan yang lebih baik. Dengan perbaikan di lahan pertanian, harga beras di pasaran diharapkan menjadi stabil,” tambahnya.
Namun, ia menekankan pentingnya agar petani tetap mendapatkan keuntungan dari usaha pertanian mereka. Untuk mencapai itu, efisiensi dalam produksi perlu ditingkatkan melalui inovasi dan penggunaan teknologi. Contohnya, penggunaan drone untuk penyebaran pupuk yang lebih efisien, menghemat biaya hingga 30 persen dibandingkan metode manual, serta menghasilkan sebaran pupuk yang lebih merata.
”Melalui efisiensi, produktivitas akan meningkat, sehingga petani dapat menikmati harga yang baik dan penghasilan yang lebih tinggi, yang berpotensi membuat harga beras stabil,” jelas Rachmi.
Dalam kesempatan yang sama, Bank Dunia melaporkan bahwa harga beras di Indonesia 20 persen lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN, meskipun kesejahteraan petani masih tergolong rendah.
Berdasarkan Survei Terpadu Pertanian 2021, pendapatan petani Indonesia masih di bawah rata-rata, kurang dari 1 dolar AS per hari, yang tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Murianews, Jakarta – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan penyebab tingginya harga beras di Indonesia. Salah satunya adalah dipengaruhi biaya produksi yang juga besar.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, Rachmi Widiriani menjelaskan, petani berhak mendapatkan keuntungan dari hasil pertanian mereka, mengingat biaya yang dikeluarkan untuk menanam beras tidak sedikit.
”Memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi, tetapi biaya produksinya juga sudah tinggi. Jika kita perhatikan faktor biaya produksi, petani berhak mendapatkan keuntungan,” ujar Rachmi dikutip dari Antara, Jumat (20/9/2024).
Ia menyatakan, saat ini petani sedang menikmati keuntungan karena harga gabah yang dibeli berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Nilai Tukar Petani (NTP) untuk tanaman pangan juga menunjukkan angka yang positif, yang berpotensi membuat beras lebih terjangkau bagi konsumen di masa mendatang.
Rachmi menjelaskan, peningkatan produktivitas beras dapat dicapai dengan menggunakan benih yang baik, yang pada gilirannya meningkatkan hasil dari setiap lahan.
”Jika produktivitas meningkat, petani akan mendapatkan hasil penjualan yang lebih baik. Dengan perbaikan di lahan pertanian, harga beras di pasaran diharapkan menjadi stabil,” tambahnya.
Namun, ia menekankan pentingnya agar petani tetap mendapatkan keuntungan dari usaha pertanian mereka. Untuk mencapai itu, efisiensi dalam produksi perlu ditingkatkan melalui inovasi dan penggunaan teknologi. Contohnya, penggunaan drone untuk penyebaran pupuk yang lebih efisien, menghemat biaya hingga 30 persen dibandingkan metode manual, serta menghasilkan sebaran pupuk yang lebih merata.
”Melalui efisiensi, produktivitas akan meningkat, sehingga petani dapat menikmati harga yang baik dan penghasilan yang lebih tinggi, yang berpotensi membuat harga beras stabil,” jelas Rachmi.
Dalam kesempatan yang sama, Bank Dunia melaporkan bahwa harga beras di Indonesia 20 persen lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN, meskipun kesejahteraan petani masih tergolong rendah.
Berdasarkan Survei Terpadu Pertanian 2021, pendapatan petani Indonesia masih di bawah rata-rata, kurang dari 1 dolar AS per hari, yang tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.