Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta Nilai tukar rupiah diprediksi menguat setelah data Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) bulan Februari 2025 menunjukkan kenaikan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Hal ini disampaikan oleh pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra.

”Data Indeks Harga Konsumen AS bulan Februari menunjukkan kenaikan yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, yakni 2,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya 3,0 persen,” ujarnya di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Penurunan inflasi ini semakin memperkuat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed). Dengan inflasi yang lebih rendah, spekulasi pemotongan suku bunga kembali meningkat, yang berpotensi melemahkan dolar AS.

”Tingkat inflasi yang lebih rendah ini tentunya membuka ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS lagi, dan ekspektasi ini bisa memberikan tekanan ke dolar AS,” tambah Ariston.

Namun, pasar juga masih mencermati risiko perang dagang yang kembali menguat. Presiden AS Donald Trump disebut masih berencana menaikkan tarif impor ke sejumlah negara, kali ini menyasar negara-negara Eropa.

Berdasarkan kondisi tersebut, Ariston memperkirakan kurs rupiah berpotensi menguat ke kisaran Rp 16.400 per dolar AS, dengan level resisten di Rp 16.480 per dolar AS.

Meski demikian, pada pembukaan perdagangan Kamis pagi, nilai tukar rupiah justru melemah tipis sebesar 1 poin atau 0,01 persen ke level Rp 16.453 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 16.452 per dolar AS.

Komentar