Sri Mulyani: APBN 2024 Surplus Rp 8,1 Triliun
Budi Santoso
Sabtu, 27 April 2024 11:25:00
Murianews, Jakarta – APBN 2024 (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2024) disebutkan mengalam surplus. Dilansir dari Antara, Menkeu RI Sri Mulyani Idrawati menyebut surplus yang terjadi mencapai Rp 8,1 Triliun hingga Maret 2024 ini.
"Posisi APBN kita masih surplus Rp8,1 triliun atau 0,04 persen terhadap produk domestik bruto (PDB)," kata Sri Mulyani saat dalam konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (26/4/2024).
Nilai surplus tersebut diperoleh dari pendapatan negara yang lebih tinggi dari belanja negara. Kementerian Keuangan telah mengumpulkan penerimaan negara sebesar Rp 620,01 triliun atau setara dengan 22,1 persen dari target sebesar Rp 2.802,3 triliun.
Kinerja tersebut terkontraksi sebesar 4,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp 611,9 triliun atau setara dengan 18,4 persen dari pagu anggaran sebesar Rp 3.325,1 triliun.
"Kalau penerimaan negara mengumpulkan 22 persen dari target, belanja negara 18,4 persen dalam satu kuartal," jelas Menkeu Sri Mulyani.
Masih menurut Sri Mulyani, kinerja belanja negara mengalami pertumbuhan sebesar 18 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh sejumlah komponen belanja, seperti pelaksanaan pemilu.
Lebih lanjut, keseimbangan primer juga tercatat menunjukkan kinerja positif, yakni sebesar Rp122,1 triliun. Keseimbangan primer adalah selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.
Hasil ini dengan demikian menempatkan kinerja APBN 2024 sampai triwulan I dalam kategori cukup baik. Hal ini didorong oleh belanja dan pendapatan negara yang terkendali.
Kendati begitu, Kementerian Keuangan tetap mewaspadai perlambatan dan normalisasi ke depannya. Sebab pada Triwulan II 2024, diperkirakan akan ada perubahan geopolitik dan geoekonomi secara global.
"Meski terlihat cukup positif, kita tetap waspada. Karena masuk triwulan II 2024 ada banyak perubahan geopolitik dan ekonomi global yang akan berimbas pada perekonomian seluruh dunia," ujar Sri Mulyani.
Murianews, Jakarta – APBN 2024 (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2024) disebutkan mengalam surplus. Dilansir dari Antara, Menkeu RI Sri Mulyani Idrawati menyebut surplus yang terjadi mencapai Rp 8,1 Triliun hingga Maret 2024 ini.
"Posisi APBN kita masih surplus Rp8,1 triliun atau 0,04 persen terhadap produk domestik bruto (PDB)," kata Sri Mulyani saat dalam konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (26/4/2024).
Nilai surplus tersebut diperoleh dari pendapatan negara yang lebih tinggi dari belanja negara. Kementerian Keuangan telah mengumpulkan penerimaan negara sebesar Rp 620,01 triliun atau setara dengan 22,1 persen dari target sebesar Rp 2.802,3 triliun.
Kinerja tersebut terkontraksi sebesar 4,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp 611,9 triliun atau setara dengan 18,4 persen dari pagu anggaran sebesar Rp 3.325,1 triliun.
"Kalau penerimaan negara mengumpulkan 22 persen dari target, belanja negara 18,4 persen dalam satu kuartal," jelas Menkeu Sri Mulyani.
Masih menurut Sri Mulyani, kinerja belanja negara mengalami pertumbuhan sebesar 18 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh sejumlah komponen belanja, seperti pelaksanaan pemilu.
Lebih lanjut, keseimbangan primer juga tercatat menunjukkan kinerja positif, yakni sebesar Rp122,1 triliun. Keseimbangan primer adalah selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.
Hasil ini dengan demikian menempatkan kinerja APBN 2024 sampai triwulan I dalam kategori cukup baik. Hal ini didorong oleh belanja dan pendapatan negara yang terkendali.
Kendati begitu, Kementerian Keuangan tetap mewaspadai perlambatan dan normalisasi ke depannya. Sebab pada Triwulan II 2024, diperkirakan akan ada perubahan geopolitik dan geoekonomi secara global.
"Meski terlihat cukup positif, kita tetap waspada. Karena masuk triwulan II 2024 ada banyak perubahan geopolitik dan ekonomi global yang akan berimbas pada perekonomian seluruh dunia," ujar Sri Mulyani.